Rabu, 07 Maret 2012

Pangeran Antasari


Pangeran Antasari adalah salah satu bangsawan Kerajaan Banjar yang memimpin perlawanan terhadap penjajahan Belanda di Tanah Banjar (Kalimantan Selatan). Wilayah Kerajaan Banjar pada saat itu tidak hanya meliputi Kalimantan Selatan sekarang, tetapi juga membawahi Pamukan, Pasir, Kutai, Berau, Karasikan (Kalimantan Timur), Sabangau, Mandawai, Sampit, Kuala Pambuang, Kota Waringin, Muara Teweh, Puruk Cahu, Kapuas (Kalimantan Tengah), Sukadana, Lawai, dan Sambas (Kalimantan Barat). Sehingga Pangeran Antasari tidak hanya dianggap sebagai pemimpin Suku Banjar, beliau juga merupakan pemimpin Suku Ngaju, Maanyan, Siang, Sihong, Kutai, Pasir, Murung, Bakumpai dan beberapa suku lainya yang berdiam di kawasan dan pedalaman atau sepanjang Sungai Barito. Perlawanan terhadap Belanda ini dikenal sebagai Perang Banjar (De Bandjermasinche Krijg) yang terjadi tahun 1859-1905.

Pangeran Antasari dilahirkan di Kayu Tangi, Martapura tahun 1787, beliau adalah putra dari Pangeran Mas’ud dan Gusti Khadijah. Sebagai bangsawan, Pangeran Antasari tinggal di Kampung Antasan Senor, Martapura. Namun kehidupan beliau sangat sederhana, beliau hanya memiliki tanah lungguh di daerah Mangkauk sampai daerah wilayah dekat Rantau yang berpenghasilan hanya sekitar 400 Golden pertahun. Penghasilan ini tidak mencukupi kebutuhan hidup keluarganya sebagai bangsawan pada masa itu.

Salah satu semboyan P. Antasari yang sangat terkenal adalah haram manyarah waja sampai kaputing (haram menyerah, baja sampai keujung). Maksudnya dalam mengusir penjajah Belanda tidak akan pernah meminta ampun atau menyerah, perjuangan akan diteruskan sampai tenaga yang penghabisan. Ini sesuai dengan isi surat Pangeran Antasari yang dikirimkan dan menolak tawaran dari Letnan Kolonel Verspyck di Banjarmasin tertanggal 20 Juli 1861, agar ia mengakui kekuasaan dan menyerah kepada Belanda.

“……dengan tegas kami terangkan kepada tuan: Kami tidak setuju terhadap usul minta ampun dan kami berjuang terus menuntut hak pusaka (kemerdekaan)……”
Dalam peperangan, belanda pernah menawarkan hadiah kepada siapa pun yang mampu menangkap dan membunuh Pangeran Antasari dengan imbalan 10.000 gulden. Namun sampai perang selesai tidak seorangpun mau menerima tawaran ini.

Pangeran Antasari sebagai diangkat dan dikukuhkan rakyat sebagai sebagai Kepala Agama Tertinggi dan diberi gelar Panambahan Amiruddin Khalifatul Mu’minin pada tanggal 13 Ramadhan 1278 H/14 Maret 1862, oleh sekalian pemuka suku di Kalimantan seperti Kiai Dipati Djaja Radja, Raden Mas Warga Nata Widjaja, Temenggung Mangku Sari, kepala suku di seluruh Muara Teweh, Kapuas dan Kahayan, sekalian para haji, alim ulama dan pembesar Banjarmasin serta Martapura.
Pangeran Antasari telah dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional dan Kemerdekaan oleh pemerintah Republik Indonesia berdasarkan SK No. 06/TK/1968 di Jakarta, tertanggal 23 Maret 1968. Kemudian untuk lebih mengenalkan P. Antasari kepada masyarakat nasional, Pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) telah mencetak dan mengabadikan nama dan gambar P. Antasari dalam uang kertas nominal Rp 2.000.

Setelah berjuang di tengah-tengah rakyat, Pangeran Antasari kemudian wafat di tengah-tengah pasukannya tanpa pernah menyerah, tertangkap, apalagi tertipu oleh bujuk rayu Belanda pada tanggal 11 Oktober 1862 di Tanah Kampung Bayan Begok Sampirang, Murung Raya, dalam usia lebih kurang 75 tahun. Menjelang wafatnya, beliau terkena sakit paru-paru dan cacar yang dideritanya setelah terjadinya pertempuran di bawah kaki Bukit Bagantung Tundakan.
Setelah terkubur selama lebih kurang 91 tahun di daerah hulu sungai Barito, atas keinginan rakyat Banjar dan persetujuan keluarga, pada tanggal 11 November 1958 dilakukan pengangkatan kerangka Pangeran Antasari. Yang masih utuh adalah tulang tengkorak, tempurung lutut dan beberapa helai rambut. Kemudian kerangka ini dimakamkan kembali Komplek Pemakaman Pahlawan Perang Banjar, Kelurahan Surgi Mufti, Banjarmasin.

Nama Antasari diabadikan pada Korem 101/Antasari dan julukan untuk Kalimantan Selatan yaitu Bumi Antasari. selain itu hampir ditiap kota kabupaten terdapat Jalan Antasari. Sedangkan pemerintah melalui Bank Indonesia menerbitkan uang pecahan Rp. 2000 dengan gambar Pangeran Antasari, ini tentunya sebagai bentuk penghargaan pemerintah terhadap jasa-jasanya.

Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "Pangeran Antasari"