Selasa, 06 Maret 2012

Hassan Basry bin Ismail Djinal Seorang Pahlawan Dari Kandangan Hulu Sungai Selatan

Hassan Basry bin Ismail Djinal, dilahirkan pada 17 Juni 1923 di kampung Padang Batung, Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Utara. Setelah menamatkan sekolah dasar (Volk-school) tahun 1932, beliau melanjutkan ke Hollands Inlandse School (HIS) selesai tahun 1939. Hassan Basry tidak seperti kebanyakan pemuda pada masa itu yang banyak melanjutkan ke MULO, beliau lebih tertarik pada bidang agama sehingga melanjutkan ke Sekolah Pendidikan Agama Tingkat Menengah (Tsanawiyah Al Wathaniyah) di Kandangan dan selesai tahun 1942.

Pada tahun 1942 itulah Hassan Basry meninggalkan kampung halaman pergi ke Pulau Jawa dan melanjutkan ke Kweek School Islam di Pondok Pesantren Gontor sampai selesai tahun 1945. Setelah lulus dari sana beliau diangkat menjadi guru agama pada Sekolah Menengah Pertama Islam di kota Malang.
Setelah proklamasi, Hassan Basry bersama putera-putera Kalimantan lainnya yang bermukim di Pulau Jawa ikut menyumbangkan tenaga bagi tegaknya Republik Indonesia. Saat itu beliau mendengar kegagalan perjuangan di Kalimantan sehingga bersama rekan lainnya pada tanggal 30 Oktober 1945 berhasil menyusup pulang ke Kalimantan Selatan.

Di Haruyan pada tanggal 5 Mei 1946 para pejuang mendirikan Lasykar Syaifullah. Program utama organisasi ini adalah latihan keprajuritan, sebagai pemimpin ditunjuklah Hassan Basry. Pada tanggal 24 September 1946 saat acara pasar malam amal banyak tokoh Lasykar Syaifullah yang ditangkap dan dipenjarakan Belanda. Karena itu Hassan Basry mereorganisir anggota yang tersisa dengan membentuk Banteng Indonesia.
Pada tanggal 15 Nopember 1946, Letnan Asli Zuchri dan Letnan Muda M.Mursid anggota ALRI Divisi IV yang berada di Mojokerto, menghubungi Hassan Basry untuk menyampaikan tugas yaitu mendirikan satu batalyon ALRI Divisi IV di Kalimantan Selatan. Dengan mengerahkan pasukan Banteng Indonesia Hassan Basry berhasil membentuk batalyon ALRI tersebut.

Perjuangan Hassan Basry di Kalimantan Selatan selalu merepotkan pertahanan Belanda pada masa itu dengan puncaknya berhasil memproklamasikan kedudukan Kalimantan sebagai bagian dari Republik Indonesia yang dikenal dengan Proklamasi 17 Mei 1949.

Hassan Basry meninggal pada tanggal 15 Juli 1984, dimakamkan di daerah Liang Anggang Banjarbaru Kalimantan Selatan. Dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 3 November 2001.

Seurce
Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

1 komentar: on "Hassan Basry bin Ismail Djinal Seorang Pahlawan Dari Kandangan Hulu Sungai Selatan"

Kamal Ansyari Abinya Naira dan Haikal mengatakan...

Saya dukung pelestarian khazanah cerita rakyat kandangan, hulu sungai selatan, kalimantan selatan seperti Maharaja sukarama dan raja-raja dari kerajaan negara daha, perebutan tahta pangeran samudera dengan pangeran tumenggung, legenda datu panglima amandit, datung suhit dan datuk makandang, datu ramanggala di ida manggala, datu rampai dan datu parang di baru sungai raya, datu ulin dan asal mula kampung ulin, datu sangka di papagaran, datu putih dan datu karamuji di banyu barau, legenda batu laki dan batu bini di padang batung, legenda gunung batu bangkai loksado, datu suriang pati di gambah dalam, legenda datu ayuh/sindayuhan dan datu intingan/bambang basiwara di loksado, kisah datu ning bulang di hantarukung, datu durabu di kalumpang, datu baritu taun dan datu patinggi di telaga langsat, legenda batu manggu masak/mandin tangkaramin di malinau, kisah telaga bidadari datu awang sukma di hamalau, kisah gunung kasiangan di simpur, kisah datu kandangan dan datu kartamina, datu hamawang dan sejarah mesjid quba, tumenggung antaludin dan tumenggung mat lima mempertahankan benteng gunung madang, panglima bukhari dan perang amuk hantarukung di simpur, datu naga ningkurungan luk sinaga di lukloa, datu singa karsa dan datu ali ahmad di pandai, datu buasan dan datu singa jaya di hampa raya, datu haji muhammad rais di bamban, datu janggar di malutu, datu bagut di hariang, sejarah mesjid ba angkat di wasah, dakwah penyebaran agama islam datu taniran di angkinang, datu balimau di kalumpang, datu daha, datu kubah dingin, habib husin di tengah pasar kandangan, habib ibrahim nagara dan habib abu bakar lumpangi, kubur enam orang pahlawan di ta’al, makam keramat bagandi, kuburan tumpang talu di parincahan, pertempuran garis demarkasi dan kubur Brigjen H.M. Yusi di karang jawa, pahlawan wanita aluh idut di tinggiran, panglima dambung di padang batung, gerombolan ibnu hajar, sampai cerita tentang perang kemerdekaan Divisi IV ALRI yang dipimpin Brigjen H. Hasan Basry dan pembacaan teks proklamasinya di Kandangan. Semuanya adalah salah satu aset budaya dan sejarah bagi Kalimantan Selatan.